Tujuan Pendidikan Islam





A.           PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah SWT. dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikiran atau kecerdasannya. Dengan kelebihan ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman maka diperlukan satu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa. Dimana ketiga hal tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berlomba dalam mencapai kemajuan sehingga keberadaan pendidikan menjadi semakin penting. Yang pada akhirnya menjadikan pendidikan sebagai kunci utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Tujuan pendidikan merupakan hal penting dalam pendidikan karena tujuan pendidikan menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu, tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan tanpa arah. Tujuan harus bersifatstasioner[1] artinya telah mencapai atau meraih segala yang diusahakan. Untuk meraih tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, yang setiap usaha merupakan ikhtiyar maqsudi, upaya mencapai maksud.
Pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi manusia, harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera. Dalam pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dalam hati-hati berdasarkan pandangan dan rumusan-rumusan yang jelas dan tepat. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus memahami dan menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Hal tersebut dalam istilah pendidikan disebut dengan “tujuan pendidikan”[2].
Adapun pendidikan Islam dalam kehidupan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam kepada generasi penerusnya, sehingga nilai tersebut tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu

2.        Rumusan Masalah
a)         Apa pengertian Tujuan?
b)        Apa fungsi tujuan pendidikan?
c)         Apa aspek-aspek tujuan?




B.            PEMBAHASAN
1.        Pengertian Tujuan Pendidikan
Istilah tujuan atau sasaran atau maksud, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan Ghayat atau ahdap atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan “Goal” atau “purpose” atau “objective” atau “aim”. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama yaitu “arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas”[3]
Selain istilah di atas, ada pula istilah matlamat, ramalan, hasil, keinginan, nilai-nilai, dan hubungannya, yakni :
a)         Hubungan antara tujuan dan tanda-tanda,
b)        Hubungan antara tujuan dan ramalan
c)         Hubungan antara tujuan dan hasil
d)        Hubungan antara tujuan dan keinginan
e)         Hubungan antara tujuan dan nilai-nilai.
Hubungan antara “tujuan dan tanda-tanda “ adalah hubungan penyerupaan, atau persamaan dalam makna, tempat pencapaian tujuan, dan tanda menghendaki antara perencanaan dan usaha yang disengaja dan rentetan langkah-langkah yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian tujuan dan tanda adalah akhir suatu proses, dan proses itu mempunyai permulaan. Permulaan dan akhir ditentukan oleh langkah-langkah yang bertalian satu sama lain, lengkap melengkapi, yang satu mengikuti yang lain dengan teratur untuk mencapai matlamat.

2.        Fungsi Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan pedagogis. Oleh karena itu, suatu rumusan tujuan pendidikan akan tepat bila sesuai dengan fungsinya. Pendidikan sebagai suatu usaha, pasti mengalami permulaan dan mengalami kesudahannya. Ada pula usaha terhenti karena sesuatu kendala sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha itu belum dapat disebut berakhir. Pada umumnya suatu usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah tercapai. Sehubungan dengan ini A.D. Marimba menyatakan, fungsi tujuan adalah;pertama, sebagai standar mengakhiri usaha, kedua mengarahkan usaha, ketiga merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, keempat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, kelima mempengaruhi dinamika dari usaha itu,keenam memberi nilai pada usaha-usaha itu.
Pendidikan, adalah usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier). Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara.Marimba menyatakan bahwa fungsi tujuan akhir adalah memelihara arah usaha itu dan mengakhirinya setelah tujuan itu tercapai. Sedangkan fungsi tujuan sementara ialah membantu memelihara arah usaha danb menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir.
Dengan adanya tujuan yang jelas maka suatu pekerjaan akan jelas pula arahnya. Lebih-lebih pekerjaan mendidik yang bersasaran pada hidup psikologis manusia didik yang masih berada pada tarap perkembangan, maka tujuan merupakan faktor yang paling penting dalam proses pendidikan itu, oleh karenanya dengan adanya tujuan yang jelas, materi pelajaran dan metode-metode yang digunakan, mendapat corak dan isi serta potensialitas yang sejalan dengan cita-cita yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Senada dengan ini, Nasution mempertegas pula bahwa tujuan yang jelas akan dapat memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar yang serasi, serta memungkinkan penilaian proses dan hasil belajar yang lebih teliti[4].
Oleh karena itu, untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut, rujuan pendidikan harus dirumuskan atas dasar nilai-nilai ideal yang diyakini, yang kelak akan dapat mengangkat harkat dan martabat manusia, yaitu nilai ideal yang menjadi kerangka fikir dan bertindak bagi seseorang[5].

3.        Aspek-aspek Tujuan
Aspek tujuan pendidikan Islam itu meliputi empat hal, yaitu:
a)         Tujuan Jasmaniah (ahdap al Jismiyyah)
Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku kholifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda artinya “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan labih disayangi oleh Allah SWT. dari pada mukmin yang lemah”.
Kata “ kuat “ dalam hadits di atas dapat diartikan dengan kuat secara jasmani sesuai dengan firman Allah : Sesungguhnya Allah SWT telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang kuat perkasa.“
Dalam ayat di atas dikisahkan bahwa Thalut dipilih oleh Allah menjadi raja karena ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan Djalut yang terkenal berbadan besar seperti raksasa, namun Thalut dapat mengalahkannya dengan perantaraan Daud yang melemparkan bandilnya dengan pertolongan Allah sehingga dapat merobohkan tubuh Djalut sehingga tewas.
Jadi tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia Muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi.
b)        Tujuan Rohaniah (Ahdaf al Ruhaniyyah)
Kalau kita perhatikan, tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasulullah SAW inilah tujuan rahaniah pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan rohaniah, diarahkan kepada pembentukkan akhlak mulia, yang ini oleh para pendidik modern Barat dikategorikan sebagai tujuan pendidikan religius, yang oleh kebanyakan pemikir pendidikan Islam tidak disetujui istilah itu, karena akan memberikan kesan akan adanya tujuan pendidikan yang non religius dalam Islam[6].
Muhammad Qutb mengatakan bahwa tujuan pendidikan rohiyyah mengandung pengertian “ Ruh ” yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah SWT, dan pendidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa sehingga ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT[7].
c)         Tujuan Akal (Ahdaf al Aqliyah)
Selain tujuan jasmaniah dan tujuan rohaniah, pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak. Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagad raya ini. Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan fikiran manusia sehingga dari padanya ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan makin mendalam. Firman Allah yang mendorong pendidikan akal banyak terdapat di dalam Al-Quran tak kurang dari 300 kali[8]. Sebagai contoh:


žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ
Artinya : ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS Ali Imran: 190)

* `yJsùr& ÞOn=÷ètƒ !$yJ¯Rr& tAÌRé& y7øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ,ptø:$# ô`yJx. uqèd #yJôãr& 4 $oÿ©VÎ) ã©.xtGtƒ (#qä9'ré&É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÈ
Artinya :” Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (QS. Ar Ra’d: 19)
Kemudian melalui proses observasi dengan panca indra manusia dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti, menganalisis keajaiban ciptaan Allah SWT. di alam semesta yang berisi khazanah ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan menjadi ilmu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-bentuk teknologi yang semakin canggih.
Proses intelektualisasi pendidikan Islam terhadap sasaran pendidikannya berbeda dengan proses yang sama yang dilakukan oleh pendidikan non Islami, misalnya pendidikan sekuler di Barat. Ciri khas pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidikan Islam adalah tetap menanamkan (menginternalisasikan) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam seperti keimanan, akhlak, dan ubudiyah serta mu’amalah ke dalam pribadi manusia didik.


d)        Tujuan Sosial (Ahdaf al Ijtima’iyyah)
Tujuan sosial ini merupakan pembentukkan kepribadian yang utuh. Di mana identitas individu, di sini tecermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk). Tujuan pendidikan sosial ini penting artinya karena manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang. Yang karenanya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat.
Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam masyarakat atau keluarga, Atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai anggota masyarakat . kesesuaiannya dengan cita-cita sosial diperoleh dari individu-individu. Maka persaudaraan dianggap sebagai salah satu kunci konsep sosial dalam Islam yang menghendaki setiap individu memerlukan individu lainnya dengan cara-cara tertentu[9].
Keserasian antara individu dan masyarakat tidak mempunyai sifat kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individual. “ aku ” adalah “ kami ”, merupakan pernyataan yang berarti seseorang tidak boleh kehilangan “ aku ”–nya dalam ke hidupan masyarakat. Pendidikan menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter yang unik, agar manusia mampu beradaftasi dengan standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan yang seperti inilah yang merupakan karakteristik peretama yang akan dicari dalam tujuan pendidikan Islam.

Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya, Educational Theory a Qur’anic outlook, yang dikutip oleh Abdul Maujib dan Jusuf Mudzakir menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu[10]:
a.         Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)
b.         Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah)
c.         Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)
d.        Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah)
Dengan berpijak pada firman Allah SWT yang berbunyi :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur!$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 77)
Ibnu khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi atas dua macam, yaitu : (1) tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah; (2) tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan, agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain[11].
Sementara itu, Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir telah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, guna menghantar tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip tersebut antara lain[12]:
a)         Prinsip universal (syumuliyah)
b)        Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun wa iqtishadiyah)
c)         Prinsip kejelasan (tabayun)
d)        Prinsip tak bertentangan
e)         Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan
f)         Prinsip perubahan yang diingini
g)        Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu
h)        Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan di mana pendidikan itu dilakukan.

Manusia memiliki karakter kebebasan berkemauan dalam segala aspek kehidupannya. Walaupun demikian kebebasan tersebut tidak mutlak di mana ia sanggup berbuat semaunya dalam masa dan tempat yang dikehendakinya. Kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang terikat, oleh rasa tanggung jawab, tidak menghalangi kebebasan orang lain, nilai-nilai agama dan moral yang dianut masyarakat, undang-undang yang berlaku, kebersamaan dan keadilan serta logika. Rasulullah  SAW bersabda yang artinya : “Setiap kamu pemimpin dan setiap kamu akan mempertanggung jawabkan atas kepemimpinanmu.” (H.R.Bukhari)
Implikasinya dalam pendidikan adalah bahwa pencapaian tujuan pendidikan Islam faktor peserta didik merupakan hal mutlak perlu diperhatikan. Supaya seorang pendidik berhasil dalam pendidikan maka harus ada konsep yang jelas tentang karakter fitrahnya, walaupun kita mengakui peranan lingkungan dalam pendidikan akan tetapi lingkungan bukan satu-satunya faktor yang paling menentukan.
berdasarkan kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dibutuhkan adanya motivasi pada peserta didik yang menimbulkan perilaku yang diarahkan kepada membaca buku-buku sumber, menghafal materi perintah orang tua dan lain-lain. Selain peserta didik, perilaku seorang pendidik juga merupakan hal yang menentukan pencapaian tujuan pendidikan Islam. Misalnya setiap guru mempersiapkan seluruh administrasinya dengan baik, memperlihatkan contoh yang baik dihadapan semua peserta didik, begitu pun orang tua yang menjadi panutan bagi anak-anaknya.
Dalam dunia Islam, pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang dipengaruhi salah satunya oleh sistem sosial budaya. Sistem budaya merupakan rangkaian hubungan komponen-komponen budaya sebagai ungkapan perilaku, perbuatan dan tindakan manusia sebagai makhluk budaya. Namun demikian dalam mekanisme budaya tersebut, tidak terpisahkan dari hubungan antara individu, antara individu kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok manusia lainnya. Di sini terbentuklah sistem sosial sebagai akibat hubungan sosial antar komponen-komponen sosial (individu, kelompok) dalam bentuk tindakan, perbuatan dan perilaku pendukungnya. Sistem sosial pada dasarnya tidak lain adalah suatu sistem tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Yang paling penting di antaranya adalah apa yang kita kenal sebagai norma-norma sosial.


C.           PENUTUP
1.        Kesimpulan
Pendidikan Islam dikatakan sebagai suatu sistem karena di dalamnya terdapat komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur tersebut harus berjalan harmonis dan saling mendukung agar tujuan pendidikan Islam dapat tercapai dengan sempurna. Pendidikan Islam, tujuan akhirnya adalah mencetak insan kamil atau manusia sempurna dengan pola takwa dalam kehidupannya. Adapun wujud dari ketakwaan itu adalah akhlak anak didik. Akhlak anak didik itu mengacu pada kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan yang dilaksanakan di berbagai lembaga.
Untuk mencapai tujuan tertinggi pendidikan Islam itu bukanlah perkara mudah dan tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Banyak faktor yang menunjang tercapainya tujuan tersebut. Peserta didik dan pendidik yang merupakan unsur-unsur penting dalam pendidikan tentunya memberikan pengaruh dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Tindakan atau perbuatan mereka haruslah mengarah kepada tujuan sehingga tidak keluar dari aturan-aturan yang ada. Dengan demikian adanya kesesuaian antara cara yang dilakukan dengan tujuan yang diharapkan.

2.        Saran
Demikian makalah ini penulis sajikan, Tentunya masih terdapat banyak cacat yang perlu untuk mencapai kesempurnaan, oleh karenanya penulis berharap sudilah kiranya kekurangan-kekurangan tersebut, para pembaca yang budiman sebagai pemerhati ilmu lebih khusus di bidang pendidikan untuk memberi koreksi atau saran demi sempurnanya makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA


Beni Ahmad Soebani dan Hendra Akhdiyat. 2009. Ilmu Pendidikan IslaMm. Bandung : Pustaka Setia.
Ramayulis. 2010. Ilmu Pendidikan IslamJakarta : Kalam Mulia,
M. Arifin. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Ramayulis.2010. Ilmu Pendidikan Islam (cet ke-8, Edisi Revisi.).Jakarta: Kalam Mulia
Abdurrahman Saleh Abdullah. 1990. Teori teori Pendidikan Berdasarkan al Quran. JakartaRineka Cipta
Muhammad Qutb. 1967. Manhaj at Tarbiyyah al IslamiyyahQahirah: Dar al Qalam
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan IslamJakarta: Kencana




[1] Beni Ahmad Soebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009, Cet.1),hlm.146.
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : Kalam Mulia, 2010,cet.8),hlm.132.
[3] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta. Bumi Aksara, 1991 hal 222
[4] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia Jakarta cet ke-8, 2010. Edisi Revisi. Hal 148
[5] ibid
[6] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori teori Pendidikan Berdasarkan al Quran. (Jakarta, Rineka Cipta, 1990),h 142.
[7] Muhammad Qutb, Manhaj at Tarbiyyah al Islamiyyah,(Qahirah:Dar al Qalam, 1967),h 13-50.
[8] M. Arifin,ilmu pendidikan Islam.(Jakarta : Bumi Aksara,1991). H 222
[9] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia Jakarta cet ke-8, 2010. Edisi Revisi. Hal. 146
[10] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta : Kencana, 2006,Cet.1),hlm. 78-79.
[11] Ibid.,hlm.81.
[12] Ibid.,hlm.73-74.
Tujuan Pendidikan Islam | Gusti Rohwan | 5

0 comments:

Post a Comment